belakangan ini muncul berbagai macam masaalah sosial, yang tidak di ikuti dengan keseriusan negara dalam menangani masaalah sosial itu sendiri. sehingga perlu kita untuk mengetahui bahwa kemuncunlan masaalah sosial dan menjadi korban dari masaalah sosial adalah mereka yang di usir dari tempat tinggal mereka baik di desa maupun di kota, dan di jauhkan dari hasil kerja mereka. keberadaan mereka yang kemudian di marjinal penuh dengan alasan sepihak Negara yang sampai saat ini pun belum menuai kejelasan dari negara dan bukan untuk menaruh harapan kepada negara. termarginal bukan pilihan hidup mereka melainkan mereka di paksa untuk harus di marjinalkan, pilihan yang kemudian di perhadapkan kepada kaum marjinal itu merupakan pilihan yang datang dari struktur kenegaraan atau sistem yang di anut dalam menjalankan kenegaraan. keadaan yang dengan sengaja di datangkan oleh negara ini menjadi racun buat kaum marjinal sekaligus ancaman buat negara, keberanian negara dalam mengambil sikap untuk memarjinalkan rakyatnya sendiri tidak datang dari ruang hampa melainkan datang dari berbagai macam pertarungan kelas yang terdapat dalam negara sehingga efek logis yang diterima bagi mereka yang kalah dalam pertarungan mereka harus di marjinalkan.
bagi mereka yang menang dalam pertarungan dalam negara, negara harus di jadikan kaki dan tangan mereka untuk menggapai tujuan mereka apakah harus di bayar murah dengan menghilangkan jutaan nyawa yang tidak lain mereka adalah orang-orang yang di marjinalkan. kaum marjinal bila di pandan dari pandangan ekstensialis maka kita akan gagal dalam memahami keberaan mereka dan akan kita jatuh dalam fatalis sehingga burujung dalam mempertahankan bahkan memperburuk kehidupan mereka. keadaan sosial ekonomi dan politik yang patut di selidiki, ya keadaan itulah yang harus di priksa lebih jauh dan yang sedang berlangsung dalam negara juga adalah keadan sosial ekonomi dan politik dengan tidak menghilangkan perann negara atau kedaulatan negara.
sosiolog Marxis Hendri Lefebvre dalam esainya The stat and society (1964) menjelskan, untuk mebaca hubunga antara yang ekonomi, sosial dan politik di sebuah wilayah. ada tiga hal yang patut di pertimbangkan: pertama, dalam membahas sebuah problem sosial maka pertama-tama yang harus dipetakan terlebih dahulu hubungan antara wilayah ekonomi, yaitu pola pembangunan ekonomi yang tengah berlangsung dan hubungannya dengan pembangunan politik. interaksi dialektika tersebut akan menentukan bentuk, struktur inetrnal, dan aturan, dan di atas segalanya,karakter dari negara yang dalamnya bercekok rezim ekonomi politik tertentu.
kedua, interaksi dialektika antara wilayah ekonomi dan poilitik ini tidak begitu saja bekerja dalam mendevenisikan formasi ekonomi dan politik di sebua negara. hubungan dialektis antara ruang politik dan ekonomi ini bekerja untuk mewadahi bekerjanya proses dialektika anatara kekuatan sosial yang menjadi agensi di dalamnya. dengan kata lain, pertarungan kelas hadir dalam arena yang terwadahi dalam interaksi antara wilayah ekonomi dan politik. pertarungan kelas ini juga tidak hanya berlangsung pada prioede revolusi dan kontra revolusi, namun pada setiap waktu dalam proses politik berjalan.
ketiga, kesempatan pintu perubahan atau tidak tersedianya sebuah kesempatan politik ditentukan oleh pertarungan sosial dan kekuatan sosial apa yang secara dominan dan hegomonik berkuasa dalam priode sejarah tertentu. proses interaksi,dialektika,
bagi mereka yang menang dalam pertarungan dalam negara, negara harus di jadikan kaki dan tangan mereka untuk menggapai tujuan mereka apakah harus di bayar murah dengan menghilangkan jutaan nyawa yang tidak lain mereka adalah orang-orang yang di marjinalkan. kaum marjinal bila di pandan dari pandangan ekstensialis maka kita akan gagal dalam memahami keberaan mereka dan akan kita jatuh dalam fatalis sehingga burujung dalam mempertahankan bahkan memperburuk kehidupan mereka. keadaan sosial ekonomi dan politik yang patut di selidiki, ya keadaan itulah yang harus di priksa lebih jauh dan yang sedang berlangsung dalam negara juga adalah keadan sosial ekonomi dan politik dengan tidak menghilangkan perann negara atau kedaulatan negara.
sosiolog Marxis Hendri Lefebvre dalam esainya The stat and society (1964) menjelskan, untuk mebaca hubunga antara yang ekonomi, sosial dan politik di sebuah wilayah. ada tiga hal yang patut di pertimbangkan: pertama, dalam membahas sebuah problem sosial maka pertama-tama yang harus dipetakan terlebih dahulu hubungan antara wilayah ekonomi, yaitu pola pembangunan ekonomi yang tengah berlangsung dan hubungannya dengan pembangunan politik. interaksi dialektika tersebut akan menentukan bentuk, struktur inetrnal, dan aturan, dan di atas segalanya,karakter dari negara yang dalamnya bercekok rezim ekonomi politik tertentu.
kedua, interaksi dialektika antara wilayah ekonomi dan poilitik ini tidak begitu saja bekerja dalam mendevenisikan formasi ekonomi dan politik di sebua negara. hubungan dialektis antara ruang politik dan ekonomi ini bekerja untuk mewadahi bekerjanya proses dialektika anatara kekuatan sosial yang menjadi agensi di dalamnya. dengan kata lain, pertarungan kelas hadir dalam arena yang terwadahi dalam interaksi antara wilayah ekonomi dan politik. pertarungan kelas ini juga tidak hanya berlangsung pada prioede revolusi dan kontra revolusi, namun pada setiap waktu dalam proses politik berjalan.
ketiga, kesempatan pintu perubahan atau tidak tersedianya sebuah kesempatan politik ditentukan oleh pertarungan sosial dan kekuatan sosial apa yang secara dominan dan hegomonik berkuasa dalam priode sejarah tertentu. proses interaksi,dialektika,
dengan memakai analisa di atas, dapat membantu kita dalam menanggapi dan memahami keberadaan mereka. namun pada kesemapatan kali ini saya kembalikan kepada para pembaca untuk menganalisa sekaligus memberikan jawaban yang tepat baik secara teoritik maupun praksis, negara dan pemodal mungkin menjadi tempat sasaran untuk di tujuh karena kedua ini lah yang tetap sehat bugar dan saling mendukung satu sama lain. sepanjang negara ini masih di bawah kontrol para pemodal yakin dan percaya bahwa mungkin besok atau lusa kita akan menjadi orang yang termarjinalkan juga, sebab pemodal itu tidak menginginkan kesejatraan itu ada dan kalaupun ada maka harus mengikuti dan memperbesar pangsa pasar. kaum marjinal menjadi korban di karenakan mengikuti logika pasar yang di menangkan oleh para pemodal dalam pertarungan menentukan arah sistem kenegaraan. bila negara di bangunan dengan fondasi sitem kapitalis maka hasilny adalah kemiskinan, pembodohan,pengangguran dll. |
0 Response to "Yang Termarginalkan (Kiriman Anto Castro)"
Posting Komentar