Mengatasi kemiskinan, Sosialisme Jalan satu satunya

Lenin pernah berkata: “Kapitalisme adalah kengerian yang tiada akhir.” Ungkapan ini memberi gambaran betapa buruknya kapitalisme. Krisis ekonomi, perang, terorisme, kekacauan politik, kelaparan, sakit penyakit, dan kemiskinan yang melanda sebagian besar penduduk dunia bukanlah fenomena yang terpisah dan tidak saling terkait. Semua ini merupakan gejala eksternal dari krisis global kapitalisme.

Indonesia, negara dengan sumberdaya alam yang hampir tak terbatas, merupakan bagian dari mata rantai kapitalisme. Eksplorasi minyak bumi, gas alam dan bahan tambang lainnya dengan bantuan modal asing telah memindahkan kekayaan negeri ini ke tempat lain. Perusahaan-perusahaan multinasional seperti Exxon Mobil, Shell, Chevron, dan Total, dengan bantuan para pejabat korup, bebas bermain di arena basah ini. Dengan konsep, win-win relationship, sebuah hubungan yang saling menguntungkan, mereka diberi peluang besar oleh negara untuk berkiprah di bumi nusantara dan segera menjarah hasil alam Indonesia dengan membabi buta.

Akibat eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran dan rakus ini, selain berdampak pada lingkungan dengan tidak wajar, juga menghadirkan problem-problem sosial baru yang mengerikan: kemiskinan, kelaparan, kebodohan, pengangguran dan menjangkitnya berbagai macam penyakit; juga melebarnya jurang ngarai antara segelintir orang kaya dengan sejuta rakyat miskin. Dan ini jelas akan menghasilkan campuran bahan peledak yang menyebabkan kejang-kejang politik dan sosial.

Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2009 menyebutkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah dan garis kemiskinan versi BPS sering menjadi perdebatan. Cara pandang pemerintah terhadap kemiskinan memang seringkali tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya. Angka itu merupakan hasil survei sosial ekonomi nasional, Susenas, dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah tangga di Indonesia mencapai 55.000.000. Hasil perhitungan BPS dalam mengukur laju perbaikan perekonomian Indonesia juga kerap kali mengundang kontroversi. Jumlah penduduk miskin ramai dipergunjingkan tanpa ada upaya konkrit yang sungguh-sungguh untuk mengurangi pengangguran. Jumlah dan garis kemiskinan mungkin akan terus menjadi perdebatkan. Namun yang jelas, persoalan ini harus dianggap sebagai masalah besar karena Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya sumberdaya alam dan telah merdeka sejak 63 tahun lalu.

Kondisi ini telah memberi gambaran yang jelas, bahwa pusat permasalahan ada pada kapitalisme. Melalui perusahaan-perusahaan multinasional raksasa, kapitalisme mengendalikan dan menjarah sumberdaya alam Indonesia untuk kepentingan para pemilik modal besar dan negara-negara kapitalis yang, tentunya, memunculkan problem-problem sosial baru yang kronis. Jalan satu-satunya untuk menghancurkan watak serakah dan modus produksi yang merusak ini, dan untuk memberikan kehidupan yang layak bagi rakyat, tak ada lain, kecuali mulai menerapkan rencana produksi sosialis. Menasionalisasi pertambangan dan sektor industri besar. Gas, minyak, dan tambang mineral harus ada di tangan negara dimana perencanaan industri tambang migas diletakkan di bawah kontrol buruh secara demokratis. Nasionalisasi sektor-sektor industri yang menguasai hajat hidup orang banyak. Semua industri nasional dijalankan di bawah kontrol dan manajemen buruh dan diintegrasikan ke dalam ekonomi terencana yang demokratis.

Rencana produksi sosialis adalah modus produksi yang dikendalikan dari atas ke bawah oleh kelas pekerja, yang menyebabkan peningkatan produksi besar meskipun dengan pengurangan jam kerja. Membebaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dari belenggu keuntungan pribadi. Demokrasi tidak lagi memiliki karakter yang terbatas seperti sekarang ini, tetapi akan diekspresikan dalam administrasi demokratis oleh seluruh rakyat. Inilah yang dimaksud Engels sebagai lompatan kemanusiaan dari ranah kebutuhan ke ranah kebebasan.

Diambil disini

0 Response to "Mengatasi kemiskinan, Sosialisme Jalan satu satunya"

Posting Komentar

wdcfawqafwef